2. Destry Nur Wahyuningtyas
3. Lala Yulia Prawitasari
4. Reza Febrianto
5. Stefani Dwitia
Kata Pengantar Buku ini ditulis atas keinginan dan dorongan berbagai pihak untuk menciptakan karya Mahasiswa yang tak saja perlu menguasai knowledge dan skill di bidangnya. Tetapi juga perlu menguasai skill-skill pendukung lainnya yang lazim disebut dengan soft skill. Penguasaan softskill ini sangat menentukan di dalam kesuksesan kerja. Sayangnya penguasaan skill tak dapat dilakukan dengan cara pelatihan singkat ataupun kursus singkat. Tetapi harus dilalui dengan pengalaman dan latihan dengan durasi yang lama. Softskill sendiri sangat terkontekstualisasikan dengan bidang-bidang yang digeluti. Oleh karena itu Universitas Gunadarma meningkatkan softskill mahasiswa melalui pemberian mata kuliah tertentu yang dilakukan dengan metoda Soft Skill. Sehingga pemahaman materi kuliah tercapai, peningkatan softskill juga tercapai. Buku ini pun menggambarkan Attitude yang diperoleh dari pengalaman kerja atau pengalaman selama studi. Di dalam pelajaran dengan menggunakan metoda softskill ini, diharapkam mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan soft-skillnya bersama-sama dengan peningkatkan knowledgee yang didapaktan. Softskill yang dimiliki mahasiswa atau lulusan saat ini dirasakan saat ini masih kurang. Kemampuan tersebut antara lain: Kemampuan verbal , Kemampuan tulisan , Kemampuan teamwork Buku Water Modelling ini diuraikan semua tentang bentuk bentuk air tersebut perubahannya , dan permodelan air tanah Sistematika dan gaya bahasa dibuat sederhana sehingga pemhbaca dapat mudah memahaminya Dengan berkembangnya teknologi , dan krisisnya sumber daya alam maka agar dapat melalukan pengembangan lebih lanjut tentang sumber daya yang melimpah maka dengan ini kami membuat sebuah dasar teori-teori dari permodelan air itu sendiri . BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya urbanisasi dan industrialisasi memiliki efek mendalam pada sumber daya air pada umumnya dan airtanah pada khususnya, hal tersebut terkait erat dengan pemakaian airtanah untuk mencukupi kebutuhan hidup serta untuk proses produksi (Foster dkk., 1998). Hendrayana (2010) menyatakan bahwa isu utama masalah airtanah pada perkembangan suatu kota di Indonesia adalah interaksi antara urbanisasi dengan sistem airtanah di bawahnya, apalagi jika kota tersebut terletak di atas suatu sistem akuifer bebas. Interaksi ini sangat tergantung pada pola dan tahapan perkembangan kota. Secara umum, selain pemompaan airtanah yang berlebihan, efek area urban terhadap sistem airtanah dapat dibagi menjadi dua hal lagi yakni area urban merubah sistem imbuhan airtanah bahkan siklus imbuhan airtanah, dengan memodifikasi sumber imbuhan dan memunculkan keberadaan sumber-sumber imbuhan baru atau yang disebut sebagai urban sewage sources Oleh karena hal-hal tersebut di atas setidaknya terdapat tiga masalah yang berkaitan dengan sistem airtanah yang berada di bawah suatu kota yaitu: (1) fluktuasi penurunan muka airtanah (2) pencemaran airtanah (3) efeknya terhadap struktur teknik bawah permukaan airtanah. Konsep pengelolaan airtanah di Indonesia pada awalnya menggunakan paradigma lama yang bersifat konvensional, yaitu pengelolaan air tanah hanya berdasarkan pengelolaan sumur produksi ( well management) tanpa memperhatikan akuifer secara rinci. Puradimaja (2006) menyebutkan bahwa pendekatan konvensional well managementini memiliki banyak kelemahan yang mendasar antara lain: a.tidak diketahuinya secara real potensi dari setiap akuifer yang dieksploitasi b.tidak dapat mengoptimumkan eksploitasi airtanah setiap akuifer c.tidak dapat mengendalikan kualitas airtanah pada sumur produksi d.tidak dapat mengendalikan perubahan lingkungan bawah permukaan misalnya pencemaran airtanah,amblesan tanah dan eksploitasi airtanah yang berlebihan \Oleh sebab itu saat inidikembangkan konsep pengelolaan airtanah yang berbasis cekungan airtanah. Dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dinyatakan bahwa pengelolaan airtanah didasarkan pada cekungan airtanah. Dengan demikian pengelolaan, wewenang dan tanggung jawab pemeriKata Pengantar Buku ini ditulis atas keinginan dan dorongan berbagai pihak untuk menciptakan karya Mahasiswa yang tak saja perlu menguasai knowledge dan skill di bidangnya. Tetapi juga perlu menguasai skill-skill pendukung lainnya yang lazim disebut dengan soft skill. Penguasaan softskill ini sangat menentukan di dalam kesuksesan kerja. Sayangnya penguasaan skill tak dapat dilakukan dengan cara pelatihan singkat ataupun kursus singkat. Tetapi harus dilalui dengan pengalaman dan latihan dengan durasi yang lama. Softskill sendiri sangat terkontekstualisasikan dengan bidang-bidang yang digeluti. Oleh karena itu Universitas Gunadarma meningkatkan softskill mahasiswa melalui pemberian mata kuliah tertentu yang dilakukan dengan metoda Soft Skill. Sehingga pemahaman materi kuliah tercapai, peningkatan softskill juga tercapai. Buku ini pun menggambarkan Attitude yang diperoleh dari pengalaman kerja atau pengalaman selama studi. Di dalam pelajaran dengan menggunakan metoda softskill ini, diharapkam mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan soft-skillnya bersama-sama dengan peningkatkan knowledgee yang didapaktan. Softskill yang dimiliki mahasiswa atau lulusan saat ini dirasakan saat ini masih kurang. Kemampuan tersebut antara lain: Kemampuan verbal , Kemampuan tulisan , Kemampuan teamwork Buku Water Modelling ini diuraikan semua tentang bentuk bentuk air tersebut perubahannya , dan permodelan air tanah Sistematika dan gaya bahasa dibuat sederhana sehingga pemhbaca dapat mudah memahaminya Dengan berkembangnya teknologi , dan krisisnya sumber daya alam maka agar dapat melalukan pengembangan lebih lanjut tentang sumber daya yang melimpah maka dengan ini kami membuat sebuah dasar teori-teori dari permodelan air itu sendiri . BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya urbanisasi dan industrialisasi memiliki efek mendalam pada sumber daya air pada umumnya dan airtanah pada khususnya, hal tersebut terkait erat dengan pemakaian airtanah untuk mencukupi kebutuhan hidup serta untuk proses produksi (Foster dkk., 1998). Hendrayana (2010) menyatakan bahwa isu utama masalah airtanah pada perkembangan suatu kota di Indonesia adalah interaksi antara urbanisasi dengan sistem airtanah di bawahnya, apalagi jika kota tersebut terletak di atas suatu sistem akuifer bebas. Interaksi ini sangat tergantung pada pola dan tahapan perkembangan kota. Secara umum, selain pemompaan airtanah yang berlebihan, efek area urban terhadap sistem airtanah dapat dibagi menjadi dua hal lagi yakni area urban merubah sistem imbuhan airtanah bahkan siklus imbuhan airtanah, dengan memodifikasi sumber imbuhan dan memunculkan keberadaan sumber-sumber imbuhan baru atau yang disebut sebagai urban sewage sources Oleh karena hal-hal tersebut di atas setidaknya terdapat tiga masalah yang berkaitan dengan sistem airtanah yang berada di bawah suatu kota yaitu: (1) fluktuasi penurunan muka airtanah (2) pencemaran airtanah (3) efeknya terhadap struktur teknik bawah permukaan airtanah. Konsep pengelolaan airtanah di Indonesia pada awalnya menggunakan paradigma lama yang bersifat konvensional, yaitu pengelolaan air tanah hanya berdasarkan pengelolaan sumur produksi ( well management) tanpa memperhatikan akuifer secara rinci. Puradimaja (2006) menyebutkan bahwa pendekatan konvensional well managementini memiliki banyak kelemahan yang mendasar antara lain: a.tidak diketahuinya secara real potensi dari setiap akuifer yang dieksploitasi b.tidak dapat mengoptimumkan eksploitasi airtanah setiap akuifer c.tidak dapat mengendalikan kualitas airtanah pada sumur produksi d.tidak dapat mengendalikan perubahan lingkungan bawah permukaan misalnya pencemaran airtanah,amblesan tanah dan eksploitasi airtanah yang berlebihan \Oleh sebab itu saat inidikembangkan konsep pengelolaan airtanah yang berbasis cekungan airtanah. Dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dinyatakan bahwa pengelolaan airtanah didasarkan pada cekungan airtanah. Dengan demikian pengelolaan, wewenang dan tanggung jawab pemerintah, Pemerintah Provinsi dan pemerintah Kabupaten /Kota didasarkan pada cekungan airtanah. Oleh karenanya diperlukan kesatuan pandangan mengenai cekungan airtanah dan batas-batasnya. Airtanah pada dasarnya adalah sebuah sumber daya yang tersembunyi, karena itu studi tentang airtanah di bawah kedua kondisi batas alami dan buatan memerlukan teknik pemodelan dalam aplikasinya. Selama beberapa dekade terakhir, model simulasi komputer untuk menganalisis aliran dalam sistem airtanah telah memainkan peranan yang semakin meningkat dalam pendekatan evaluasi untuk pengelolaan dan pengembangan airtanah (Todd and Mays, 2005). Pemodelan aliran airtanah salah satu alat utama yang digunakan dalam ilmu hidrogeologi untuk penilaian potensi sumber daya dan prediksi dampak di masa depan akibat perubahan kondisi lingkungan. Pe modelan airtanah menggambarkan proses aliran airtanah menggunakan persamaan matematika didasarkan pada asumsi penyederhanaan tertentu (Kumar, 2006). Oleh sebab itu pemodelan aliran airtanah berdasarkan konsep cekungan airtanahmenjadi pokok bahasan dalam penulisanilmiah ini. Dibahas pula contoh pemodelan airtanah di Cekungan Neckar Jerman sebagai pemahaman aplikasi pemodelan airtanah Cekungan Semarang Demak yang masih dalam tahap pembentukan konseptual model. BAB II WATER MODELING water modelling Dalamkimia komputasi adalah model klasik air yang digunakan untuk simulasi cluster air cairan air , dan larutan air dengan pelarut eksplisit. Model ini menggunakan perkiraan dari mekanika moleku Banyak model yang berbeda telah diusulkan, mereka dapat diklasifikasikan oleh jumlah poin yang digunakan untuk mendefinisikan model (atom plus situs dummy), apakah struktur yang kaku atau fleksibel, dan apakah model termasuk polarisasi efek. Sebuah alternatif untuk model air eksplisit adalah dengan menggunakan solvasi implisit Model, juga dikenal sebagai model kontinum, contoh yang akan menjadi COSMO solvasi Model. BAB III PERANGKAT LUNAK YANG MENDUKUNG WATER MODELING BABIV PENGAPLIKASIAN DENGAN BLANDER BABAV PENUTUP INGIN PDFNYA .. KIRIM PERMINTAAN LEWAT EMAIL .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar